Tanaman cabai merupakan tanaman yang sudah tak asing bagi kita semua.
Tanaman ini banyak dijumpai di wilayah indonesia, terutama di daerah
dataran tinggi. Tanaman cabai merupakan tanaman hortikultura yang
termasuk dalam tanaman dikotil. Meskipun cabai merupakan tanaman
dikotil, tanaman ini memiliki akar tunggang yang menyerupai akar tanaman
serabut. Hal ini dikarenakan akar utama tanaman cabai tidak dapat
tumbuh panjang ke bawah, akibatnya tumbuh akar-akar baru disekitar akar
utama.
Tanamnan cabai yang mempunyai daun bulat telur
ini membutuhkan perawatan khusus untuk dapat menghasilkan hasil yang
maksimal. Akan tetapi, usaha yang dilakuakan petani Indonesia ini masih
banyak menggunakan usaha kimia. Saya mengunjungi salah satu kawasan
budidaya tanaman cabai Universitas Janabadra di Jalan Pakem Turi KM 1,
Pakem Sleman dan pertanian di sana juga masih menggunakan pupuk dan
pestisida kimia untuk meningkatkan kualitas hasil produksi.
Tanaman
cabai yang berasal dari biji yang dibeli dari toko dikecambahkan dalam
kertas koran basah. biji akan mulau berkecambah pada waktu satu sari
satu malam atau 24 jam. Dalam prosed perkecambahan, terdapat 10-15 %
biji yang tidak tumbuh. hal ini dapat diketahui bahwa gaya berkecambah
biji (GB) sebesar 85-90%. Perkecambahan yang demikian dikatakan baik,
karena syarat biji berkualitas baik salah satunya adalah GB lebih dari
80% untuk tanaman pangan hortikultura. Biji tersebut didiamkan dalam
kotak selama 4 hari. Setelah 4 hari, bibit cabai di pindah dalam polibag
ukuran 10 cm. Bibit cabai dalam polibag ini didiamkan selama 30-35
hari. Kemudian tanaman cabai di pindah ke lahan sebenarnya dengan jarak
tanam 50-60 cm. Tanaman ini di tanam dalam bedengan yang dilapisi mulsa
plastik. Fungsi bedengan adalah untuk saluran irigasi. Mulsa plastik
berguna untuk mencegah tumbuhnya gulma, dan memudahkan dalam perawatan.
selain itu, daerah tanah yang dilapisi gulma juga memiliki suhu dan
kelembaban yang stabil yang sangat diperlukan oleh tanaman.
Tanaman
cabai, tergolong tanaman yangmudah terjangkit penyakit, seperti mosaic
dan trips. Ulat juga sering menyerang tanaman cabai. Pada kawasan
budidaya tanaman cabai Universitas Janabadra, penyakit yang menyerang
adalah penyakit Trips. Penyakit ini menyebabkan tanaman cabai tumbuh
kerdil dan berwarna kekuningan. Penyakit Trips dibasmi dengan pestisida
kates. Sedangkan ulat dibasmi dengan Proklem dan metindo. Pemberian
pupuk ini adalah 4 hari sekali, dan dilakukan pada pagi hari. Biasanya,
petani menggunakan pestisida 100ml untuk sekali pemberian pestisida.
Untuk pupuk, petani mengunakan pupuk kimia mutiara dan pupuk ponska.
pemberian pupuk ini juga dilakukan 4 hari sekali selama musim tanam
sampai menjelang panen.
Pikiran yang terlintas dibenak
saya ketika mendengar penyemprotan dan pemberian pupuk selama 4 hari
sekali selama musim tanam adalah "NGERI". Iya, benar-benar mengerikan.
Tanaman tersebut boleh tumbuh dengan subur, hasilnya banysk, buah
bersih, tanpa cacat, dan besar, tetapi kandungan kimia dalam cabai, kita
tak pernah tahu kan? Tanaman cabai tumbuh selama 5 bulan dari
pembibitan. Dari pembibtan sampai mati adalah 4 bulan. Selama 4 bulan
terdapat 120 hari. 120 hari jika dibagi empat adalah 30 kali. jadi
tanaman cabai membutuhkan sedikitnya 30 kali penyemprotan dan pemberian
pupuk. Penyemprotanin menggunakan bahan kimia, coba dibayangkan jika
sisa-sisa bahan kimia ini masih ada dalam buah cabai dan termakan oleh
kita.
Menurut saya, perlakuan yang sama juga dapat terjadi pada tanaman cabai
rawit hijau yang sering digunakan sebagai lalapan. Kadang ada penjual
iseng yang tidak mencuci dulu cabainya, berapa banyak pestisda dan pupuk
kimia yang termakan oleh kita? apa itu sering terbayangkan oleh kita?
Tapi kita mesih merasa menikmati untuk memakannya? Wah wah wah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar