Jumat, 27 Juni 2014

Keriting Pedas

Tanaman cabai merupakan tanaman yang sudah tak asing bagi kita semua. Tanaman ini banyak dijumpai di wilayah indonesia, terutama di daerah dataran tinggi. Tanaman cabai merupakan tanaman hortikultura yang termasuk dalam tanaman dikotil. Meskipun cabai merupakan tanaman dikotil, tanaman ini memiliki akar tunggang yang menyerupai akar tanaman serabut. Hal ini dikarenakan akar utama tanaman cabai tidak dapat tumbuh panjang ke bawah, akibatnya tumbuh akar-akar baru disekitar akar utama.

Tanamnan cabai yang mempunyai daun bulat telur ini membutuhkan perawatan khusus untuk dapat menghasilkan hasil yang maksimal. Akan tetapi, usaha yang dilakuakan petani Indonesia ini masih banyak menggunakan usaha kimia. Saya mengunjungi salah satu kawasan budidaya tanaman cabai Universitas Janabadra di Jalan Pakem Turi KM 1, Pakem Sleman dan pertanian di sana juga masih menggunakan pupuk dan pestisida kimia untuk meningkatkan kualitas hasil produksi.

Tanaman cabai yang berasal dari biji yang dibeli dari toko dikecambahkan dalam kertas koran basah. biji akan mulau berkecambah pada waktu satu sari satu malam atau 24 jam. Dalam prosed perkecambahan, terdapat 10-15 % biji yang tidak tumbuh. hal ini dapat diketahui bahwa gaya berkecambah biji (GB) sebesar 85-90%. Perkecambahan yang demikian dikatakan baik, karena syarat biji berkualitas baik salah satunya adalah GB lebih dari 80% untuk tanaman pangan hortikultura. Biji tersebut didiamkan dalam kotak selama 4 hari. Setelah 4 hari, bibit cabai di pindah dalam polibag ukuran 10 cm. Bibit cabai dalam polibag ini didiamkan selama 30-35 hari. Kemudian tanaman cabai di pindah ke lahan sebenarnya dengan jarak tanam 50-60 cm. Tanaman ini di tanam dalam bedengan yang dilapisi mulsa plastik. Fungsi bedengan adalah untuk saluran irigasi. Mulsa plastik berguna untuk mencegah tumbuhnya gulma, dan memudahkan dalam perawatan. selain itu, daerah tanah yang dilapisi gulma juga memiliki suhu dan kelembaban yang stabil yang sangat diperlukan oleh tanaman.

Tanaman cabai, tergolong tanaman yangmudah terjangkit penyakit, seperti mosaic dan trips. Ulat juga sering menyerang tanaman cabai. Pada kawasan budidaya tanaman cabai Universitas Janabadra, penyakit yang menyerang adalah penyakit Trips. Penyakit ini menyebabkan tanaman cabai tumbuh kerdil dan berwarna kekuningan. Penyakit Trips dibasmi dengan pestisida kates. Sedangkan ulat dibasmi dengan Proklem dan metindo. Pemberian pupuk ini adalah 4 hari sekali, dan dilakukan pada pagi hari. Biasanya, petani menggunakan pestisida 100ml untuk sekali pemberian pestisida. Untuk pupuk, petani mengunakan pupuk kimia mutiara dan pupuk ponska. pemberian pupuk ini juga dilakukan 4 hari sekali selama musim tanam sampai menjelang panen.

Pikiran yang terlintas dibenak saya ketika mendengar penyemprotan dan pemberian pupuk selama 4 hari sekali selama musim tanam adalah "NGERI". Iya, benar-benar mengerikan. Tanaman tersebut boleh tumbuh dengan subur, hasilnya banysk, buah bersih, tanpa cacat, dan besar, tetapi kandungan kimia dalam cabai, kita tak pernah tahu kan? Tanaman cabai tumbuh selama 5 bulan dari pembibitan. Dari pembibtan sampai mati adalah 4 bulan. Selama 4 bulan terdapat 120 hari. 120 hari jika dibagi empat adalah 30 kali. jadi tanaman cabai membutuhkan sedikitnya 30 kali penyemprotan dan pemberian pupuk. Penyemprotanin menggunakan bahan kimia, coba dibayangkan jika sisa-sisa bahan kimia ini masih ada dalam buah cabai dan termakan oleh kita. Menurut saya, perlakuan yang sama juga dapat terjadi pada tanaman cabai rawit hijau yang sering digunakan sebagai lalapan. Kadang ada penjual iseng yang tidak mencuci dulu cabainya, berapa banyak pestisda dan pupuk kimia yang termakan oleh kita? apa itu sering terbayangkan oleh kita? Tapi kita mesih merasa menikmati untuk memakannya? Wah wah wah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar